Apa Itu ATJEH ?

Kamis, 22 Maret 2012


Apa itu India ? “ Tanya Nehru, Tokoh kemerdekaan India  terbesar setelah Mahatma Gandhi, kepada kerumunan masa yang terus berteriak, “Hidup India ! Hidup India ! Hidup India ! “
India adalah kamu, “kata Nehru” India adalah kita, tidak ada India yang disebut India , India adalah orang-orang diatas tanah kita berdiri ini, bagiamana karakternya, budayanya adalah bagaimana rakyatnya? Tidak ada India yang samata-mata India.
            Mengulang Nehru, kita mungkin bertanya, Apa Itu Aceh? Seperti Nehru, jawabannya adalah bagaimana orang-orang Aceh, dan rakyatnya. Bagaimana Aceh adalah bagaimana sifat dan karakter rakyatnya. Membangun karakter manusia Aceh akan menentukan bentuk dan jawaban apa itu Aceh? Tidak ada Aceh yang semata-mata Aceh, yang ada manusia diatas tanah ini, di Aceh yang turun-temurun dalam literatur disebut Aceh, kadang-kadang disebut Atjeh atau Acin, dan baru-baru ini disebut sebagai NAD, setelah beberapa sebelumnya disebut Daerah Istimewa Aceh.
Masyarakat Aceh di depan Mesjid Raya Baiturahman pada masa perang dengan Belanda

            Bagaimana sejarah Aceh? Sejarah Aceh, merupakan bagian dari sejarah umat Islam di Asia Tenggara. Sejarah umat Islam di Aceh dimulai berabad-abad yang lalu, Islam mulai berkembang sejak abad ke-8, itu ditandai dengan masuknya Islam ke Peureulak, Aceh Timur. Perkembangan sejarah Islam yang sangat dikenal pada abad ke XIII, perkembangan sejarah Pasai. Kerajaan Islam Pasai ini tercatat dengan jelas dalam catatan Marcopolo dan Ibnu Batutah, yaitu dua orang pengembara yang banyak meninggalkan catatan sejarah tentang dunia timur.
MarcoPolo
Ibnu Batutah

            Kerajaan Aceh yang menjadi masa keemasan adalah pada masa Sultan Iskandar Muda, ada gagasan yang mutlak ketika Islam diadopsi oleh Iskandar Muda. Aceh menjadi jaya, itu dikarenakan peradaban yang dibangun beridentitas Islam, Islam saat itu tidak hanya sebagai agam yang dipakai dalam keseharian, dan kebudayaan, tetapi menjadi Idiologi yang menyatu dengan Aceh. Islam saat itu menjadi dasar Negara untuk sebuah pemerintahan dan menjadi pedoman hokum tertinggi. Bagi masyarakat Aceh, agama Islam adalah harga mati, dan disinilah lahir ilmuan-ilmuan terkemuka, Nuruddin Ar-raniry, Syech Abdurrauf As-Singkily, Hamzah Al-Fansuri dan lain-lain.
Sultan Iskandar Muda

            Ditanah ini dilahirkan sejumlah orang dengan identitas keAcehan yang kuat dan heroisme, mereka teramat sadar dan menjiwai makna dilahirkan dan tumbuh sebagai orang Aceh. Apa dan bagaimana Aceh kita dapat mengetahuinya? dari sosok ataupun para pejuang Aceh, lihat Panglima Polem, Tengku Chik Ditiro, Tengku Chik Peusangan, Laksamana Malahayati, Cut Mutia, Teuku Umar dan Istrinya Cut Nyak Dhien. Lihat bagaimana mereka mengusir penjajah demi sejengkal tanah Aceh, karena bagi orang Aceh saat itu mengakui kedaulatan Belanda berarti memberikan tanah air Aceh buat penjajah. Teuku Umar misalnya yang gugur dimedan perang dengan taktik perangnya, menyatakan tunduk dan setia kepada kolonia Belanda. Dan Belanda tentunya teramat senang menerima kehadirannya dan menapatkannya dalam sebuah dinas militer dan dipercayai memimpin sebuah legiun yang berkekuatan 250 prajurit. Berbelotnya Teuku Umar ternyata  hanya sebuah taktik jitu untuk mendapatkan persenjataan dan strategi perang Belanda, dan kemudian menggalang kembali kekuatan untuk melawan Belanda sehingga Belanda kewalahan menghadapi gempuran demi gempuran para pejuang-pejuang Aceh. Begitu juga dengan Tengku Chik Ditiro dengan semangat Hikayat Prang Sabil mampu membakar semangat para pejuang Aceh untuk mengusir para penjajah, sehingga perang Aceh melawan Belanda adalah perang terpanjang dinusantara dan membuat kolonia Belanda bankrut.

Pejuang Aceh di masa perang dengan Belanda
Teuku Umar dan para pejuang Aceh di masa perang dengan Belanda

            Kemunduran kejayaan Aceh ini ditandai dengan hilangnya identitas keIslaman dan keAcehan sejarah Aceh beberapa tahun terakhir ini, diwarnai dengan konflik berkepanjangan. Konflik Aceh tidak tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan harta benda, tetapi telah melahirkan ancaman kehilangan generasi. Konflik DI TII dan konflik bersenjata antara RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang banyak menimbulkan korban, Aceh kini sudah jauh berbeda dengan sebelumnya. Generasi Aceh saat ini mengalami kemunduran dan terlalu jauh melangkah kedepan, itu ditandai dengan mulai meninggalkan budaya warisan Indatu sendiri dan tidak mengenal bagaimana sejarahnya, akibat sudah terpengaruh budaya bangsa luar dan sangat mempengaruhi karakteristik bangsa Aceh. Oleh karena itu mari kita sama-sama menggali jatidiri kita sebagai ACEH dan mulai melestarikan budaya warisan para indatu yang telah berjuang sampai nafas penghabisan.


Oleh : Aulia R